Kamis, 21 Januari 2010

LUBANG JARUM (Bagian II)

Dahulu orang-orang Yahudi tidak pernah memikirkan bahwa kekayaan mereka dapat menjadi penghalang untuk memperoleh hidup kekal. Pasalnya paradigma mereka masih paradigma lama, yakni kekayaan diyakini sebagai tanda bahwa seseorang itu baik dan diberkati Allah (Ayub 1:10; Yes. 3:10). Mereka menilai, semakin kaya seseorang, maka orang tersebut semakin diberkati dan semakin melekat pada Allah dan semakin pasti masuk dalam Kerajaan Allah.

Pola pikir orang-orang Yahudi seperti itu yang sudah turun-temurun akhirnya runtuh ketika ketika Yesus menyatakan secara tegas bahwa kekayaan seseorang tidak bisa menyelamatkan mereka. Yesus menegaskan bahwa keselamatan adalah karunia Allah, bukan usaha dari manusia.

LUBANG JARUM (Bagian I)

“Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mrk. 10:25/Mat 19:24/Luk. 18:25).

Jenis khotbah ini adalah gaya bicara bahasa hiperbola. Kata Yunani untuk unta adalah kamelos, sedangkan kata Yunani yang agak mirip bunyinya adalah kamilos, yang berarti “rantai pada kapal”.

Pertanyaannya, apa maksud dari ayat di atas? Apakah Yesus mau mengatakan bahwa “lebih mudah memasukkan rantai kapal ke lubang jarum dari pada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”, atau ada maksud lain?

Ungkapan tersebut memang masuk akal, tetapi dalam ayat di atas jelas-jelas dipakai kata kamelos dan bukan kamilosi. Karena itu kita perlu mengerti lebih dahulu apa yang dimaksud dengan lubang jarum dalam perkata Yesus itu?

KUASA NAMA YESUS (Bagian I)

Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus
Ada kemenangan
Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus
Iblis dikalahkan
Reff: Dalam nama Tuhan Yesus
 Siapa dapat melawan
 Dalam nama Tuhan Yesus 
 Iblis dikalahkan.

Kita tentu masih ingat syair lagu yang luar biasa ini. Suatu lagu yang menegaskan bahwa semua kuasa tunduk di bawah kaki Yesus. Namun ada satu pertanyaan yang muncul terkait dengan lagu tersebut. Apakah kuasa nama Yesus masih berlaku sampai sekarang ini?

Pertanyaan ini diajukan pada awal tulisan karena kondisi dan fakta dilapangan menunjukkan tak sedikit umat Kristiani di akhir zaman ini yang meragukan kuasa nama Yesus. Ada yang memiliki paradigma bahwa mujizat memang benar-benar terjadi pada era Yesus dan berlanjut pada zaman para rasul-rasul sekitar 2000 tahun lalu. Tapi apa iya di era globalisasi dengan teknologi yang super canggih sekarang ini nama Yesus masih “mujarab” digunakan?

Rabu, 20 Januari 2010

GNOSTIK YANG MIRIP-MIRIP INJIL

Mula-mula istilah Injil (gospel, “kabar baik”) bukan hanya merupakan sebuah istilah Kristen, tetapi juga istilah yang sudah dipakai di dunia Yunani-Roma (Greco-Roman) sebelum Injil-injil kanonik dituliskan. Karena dunia purba tidak memiliki pasar bebas, berbagai pemberian kepada masyarakat dari orang-orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi merupakan sesuatu yang mewarnai perputaran roda kehidupan dan perdagangan dalam masyarakat. Para kaisar disanjung karena perbuatan baik mereka yang dermawan dan karena kemenangan-kemenangan mereka dalam peperangan. “Injil” merupakan kabar baik mengenai berbagai tindakan yang dilakukan atas nama kaisar (atau orang kaya lainnya). Jadi para dermawan dipuji bukan karena ucapan-ucapan mereka yang filosofis atau bijaksana.

GEORGE FREDERIC HANDEL

Lahir di Halle, Jerman, anak dari seorang dokter di tempat kelahirannya. Sebenarnya ayahnya melarang Handel belanjar musik karena menginginkan Handel menjadi seorang pengacara. Namun secara diam-diam pada malam hari ia pergi ke kamar di bawah atap untuk berlatih musik dengan organ kecil.

Melihat kesungguhan Handel, sang dokter akhirnya mengijinkan anaknya belajar dengan seorang organis lokal dan selanjutnya membiarkan Handel meneruskan pendidikannya di bidang musik. Padahal Handel sempat belajar di bidang hukum selama setahun.

Handel merupakan komposer yang kreatif namun pada awalnya karya-karyanya lebih cenderung ditujukan untuk menyenangkan hati pengunjung. Pada akhirnya Handel tersentuh untuk menulis oratorium dimana yang pertama terkenal adalah Messiah.

Selasa, 19 Januari 2010

HAKIKAT KEHIDUPAN KRISTEN


"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat. 5:13-16).

Kita semua sudah kenal dan terbiasa dengan garam dan terang. Keduanya dapat dilihat dan ditemukan dengan mudah di setiap rumah. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen. Apakah orang-orang sekeliling kita sudah menemukan hidup kita sebagai orang Kristen yang menjadi garam dan terang?

RAHASIA SUKSES MENURUT ALKITAB


Ada banyak anak-anak Tuhan hari-hari belakangan ini menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Untuk meraih sukses mereka menghalalkan segala cara. Padahal rahasia kesuksesan itu sebenarnya ada di tangan Tuhan.

Dalam 2 Petrus 1:8, "Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita."

Tuhan merindukan anak-anak-Nya berhasil, dengan kata lain, kita tidak boleh menyia-menyiakan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Berdasarkan ayat di atas, ada tiga rahasia sukses menurut firman Tuhan.

1. Kita harus sungguh-sungguh berusaha,
Setiap orang, terutama anak-anak Tuhan harus rajin dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan mendapat berkat yang maksimal. Berdoa saja setiap hari tanpa pernah bekerja keras menjadikan kehidupan kita tidak seimbang yang akhirnya memunculkan keluhan yang menuntut dan bertanya pada Tuhan mengapa hidupnya tidak diberkati, mengapa hidupnya tidak berhasil seperti orang lain.
Seorang petani hendaklah ia bekerja keras mengolah seluruh lahan yang dimilikinya, kemudian merawat apa yang sudah ditanamkan di lahan tersebut dengan sebaik mungkin sehingga bisa mencapai produksi yang optimal. Kadangkala kita memang harus memulai dari nol dan untukmencapai kesuksesan dibutuhkan ketekunan dan kerja keras serta usaha yang luar biasa.

YUSUF DAN MENGATASI KEMISKINAN DALAM GEREJA


“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat. 5:16).

Suatu ketika saya mendengarkan visi dari beberapa pemimpin gereja dimana saat itu saya beribadah. Inti dari apa yang disampaikan adalah dorongan supaya jemaat bisa menjadi Yusuf-Yusuf yang diberkati berlimpah oleh Tuhan, tidak hanya secara rohani tetapi juga secara materi untuk kemudian dapat memberkati orang lain.

Tidak ada yang salah dengan apa yang disampaikan tersebut. Bisa dibilang visi ini sebenarnya merupakan visi yang besar dan mulia. Namun seperti biasanya, para pemimpin gereja hanya terbiasa menyampaikan visi dengan menggebu-gebu tanpa memberitahukan langkah konkritnya, sehingga visi tinggal visi tanpa pernah ada realisasinya dan tidak memberikan manfaat yang nyata bagi jemaat. Bila kita mau jujur, kadang kala kita bingung sendiri dengan begitu banyaknya visi yang disampaikan tapi tidak ada aksi, tak ada evaluasi.

Tetapi mari kita coba menggali dan berupaya memahami tentang visi seperti yang diungkap di atas.
Pertanyaan dasar pertama yang coba kita pahami adalah: Apa latar belakang pemimpin gereja menyampaikan visi tersebut? Apakah sekedar tertarik dengan kegigihan Yusuf dalam menjalani kehidupannya yang penuh kerikil-kerikil tajam, namun tetap berada dalam koridor Tuhan, atau tertarik dengan...
(Tulisan Lengkap Lihat Majalah Gaharu Edisi Januari 2010)