Selasa, 19 Januari 2010

HAKIKAT KEHIDUPAN KRISTEN


"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat. 5:13-16).

Kita semua sudah kenal dan terbiasa dengan garam dan terang. Keduanya dapat dilihat dan ditemukan dengan mudah di setiap rumah. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen. Apakah orang-orang sekeliling kita sudah menemukan hidup kita sebagai orang Kristen yang menjadi garam dan terang?



Hakikat Kehidupan Kristen itu seperti apa?:
I. Kehidupan Kristen yang murni (Ayat 13)
Garam selalu dihubungan dengan kemurnian karena warnanya yang putih dan mengkilap atau sebagai benda yang bersih dan jernih. Bagi bangsa Yunani kuno, garam itu dianggap sebagai ilahi (theion) sementara bangsa Romawi beranggapan tidak ada sesuatu yang lebih berguna di dunia ini ketimbang matahari dan garam karena garam dibentuk oleh matahari dan laut. Dalam kondisi apapun sebenarnya garam tidak pernah kehilangan rasa keasinanannya. Kehidupan Kristen juga sudah seharusnya tetap menonjol dan tidak kehilangan kemurniannya ditengah dunia yang semakin tak menentu.

Jadi bisa dibilang kehidupan Kristen yang murni itu adalah kehidupan yang tidak terbawa arus kehidupan (Yak. 1:27; Am. 10:30), yakni kehidupan yang tetap memiliki standar atau norma-norma yang tinggi. Ketika orang-orang Kristen tetap memegang standar yang tinggi, maka niat untuk menyimpang dari jalan Tuhan tidak ada lagi, kemurnian kita tetap terjaga.

Kehidupan Kristen yang murni merupakan kehidupan yang tidak merusak diri sendiri dan orang lain. Disinilah orang Kristen bisa menjalankan perannya lebih besar lagi seperti garam yang mengaweti dan memelihara daging agar tetap segar sehingga rasanya tetap enak dimakan setelah dimasak. Artinya kehidupan orang Kristen seharusnya memiliki pengaruh antiseptis dimana kita menjadi kelompok orang yang dengan mudah mewujudkan kebaikan sehingga akselerasi kejahatan semakin lambat. Kita harus menulari dunia ini dengan kasih dan perbuatan baik yang diajarkan Tuhan, bukan dengan tindakan-tindakan yang justru merusak diri sendiri apalagi menjadi sandungan bagi orang lain (Ams. 28:10).
Kehadiran orang Kristen menjadi pembalut luka bagi orang-orang sekelilingnya seperti garam yang juga bisa melepaskan sel-sel kulit yang sudah mati karena garam mengandung kalsium, potasium, magnesium, sulfat dan merkuri bisa membuat kulit lebih sehat dan segar.

Mantan pemimpin besar India, Almarhum Mahatma Gandhi secara gamblang mengakui bahwa Alkitab merupakan “buku” yang paling lengkap di dunia yang mengajarkan kasih. Tapi ia tidak mau menjadi Kristen karena melihat begitu banyak kehidupan orang Kristen yang justru penuh dengan kebencian dan menjadi perusak, kehidupan yang tidak menjadi contoh.

Bahkan Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS), Olever Wendell Holmes, pernah mengatakan, “Saya mungkin telah menjadi pendeta, kalau saja beberapa pendeta yang saya kenal tidak menampakkan diri dan bertindak sebagai tukang gali kubur.”

II. Kehidupan Kristen yang berbeda dan dibutuhkan
Masakan tanpa garam rasanya hambar, yang bermakna garam sangat dibutuhkan untuk menciptakan citra rasa yang berbeda pada masakan. Hendaklah orang-orang Kristen menjadi bagian dari anggota masyarakat yang ditunggu-tunggu dan diharapkan kehadirannya karena kehadiran orang-orang Kristen membuat situasi setempat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pertanyaannya, kehidupan orang Kristen yang bagaimana bisa kita tularkan ke masyarakat?

Kehidupan yang berbagi Kasih (Mat. 22:39), Ketika hati dipenuhi kasih, secara otomatis kehidupan orang Kristen akan menjadi pembawa damai, yang berarti orang tersebut memperlihatkan mutu kehidupan yang tinggi kepada dunia. Kasih itu seperti seperti magnet yang menarik benda-benda besi disekelilingnya dimana benda-benda besi yang ditarik itu bisa terpengaruh dan pada akhirnya pula menjadi magnet.

Kehidupan yang berbagi sukacita (Rm. 12:15), berbagi sukacita membawa banyak berkat bagi yang menerima dan lebih banyak berkat bagi yang memberi (Mat. 5:12). Satu hal yang harus diingat bahwa berbagi sukacita hanya mungkin terjadi pada orang-orang yang hidup di dalam Kristus dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Berapa banyak diantara orang orang Kristen yang justru menjadi iri hati ketika mendengar orang sekelilingnya berhasil. Padahal sukacita justru menggantikan rasa iri hati yang bisa muncul kapan saja (Flp. 1:18).

III. Kehidupan Kristen untuk dilihat (Ayat 14-15)
Kehidupan Kristen itu seperti terang yang harus dilihat banyak orang, anywhere and anytime. Tak ada yang perlu disembunyikan karena semuanya pasti terungkap dan terlihat jelas. Ketika terang datang, maka kegelapan segera menyingkir. Ketika orang Kristen hadir, maka semua mata akan tertuju kepadanya dan kita akan menjadi tolak ukur bagi orang lain dalam melakukan segala aktivitas kehidupan.

Kehidupan Kristen di gereja sama dengan di luar gereja
Kehidupan Kristiani tidak boleh terlihat hanya digereja saja. Jangan saat di gereja sikap orang Kristen menjadi “malaikat” tapi ketika keluar dari gereja kehidupannya berbalik 180 derajat. Jikalau di dalam gereja kita memiliki rasa takut akan Tuhan, sudah seharusnya di luar gereja kehidupan Kristen memiliki rasa takut dan rasa hormat kepada Allah. Jangan hanya menjadi “domba manis” saat digereja, tapi juga diluar gereja. Jadi kekristenan kita harus tampak dari cara kita memperlakukan diri kita sendiri, cara kita memperlakukan anggota keluarga, cara bergaul, cara berbicara, bertindak, bacaan yang kita baca atau tontonan yang kita tonton.

Kehidupan Kristen untuk menjadi pembimbing
Banyak sudah kapal yang karam karena menabrak pulau karang. Ini disebabkan tidak adanya suar yang berfungsi sebagai pembimbing bagi kapal-kapal agar tidak melalui daerah tersebut dan segera mencari jalan memutar. Kehidupan orang Kristen yang harus menjadi jalan dan terang bagi orang lain yang membutuhkan. Tugas orang Kristen untuk berdiri tegak dan mengambil sikap untuk diikuti saudara-saudaranya yang lemah.

IV. Kehidupan Kristen Yang Mengikuti Jejak Kristus (Ayat 16)
Sebagai anak-anak Allah, kita bukan berasal dari dunia tapi dari Allah sehingga kehidupan kekristenan kita sudah seharusnya memberi dampak positif di tengah dunia yang semakin buram dan gelap. Seperti Yesus yang datang memberi dampak yang luar biasa dimana umat manusia mendapat anugerah keselamatan dan pengampunan dosa.

By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar