Kamis, 21 Januari 2010

KUASA NAMA YESUS (Bagian I)

Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus
Ada kemenangan
Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus
Iblis dikalahkan
Reff: Dalam nama Tuhan Yesus
 Siapa dapat melawan
 Dalam nama Tuhan Yesus 
 Iblis dikalahkan.

Kita tentu masih ingat syair lagu yang luar biasa ini. Suatu lagu yang menegaskan bahwa semua kuasa tunduk di bawah kaki Yesus. Namun ada satu pertanyaan yang muncul terkait dengan lagu tersebut. Apakah kuasa nama Yesus masih berlaku sampai sekarang ini?

Pertanyaan ini diajukan pada awal tulisan karena kondisi dan fakta dilapangan menunjukkan tak sedikit umat Kristiani di akhir zaman ini yang meragukan kuasa nama Yesus. Ada yang memiliki paradigma bahwa mujizat memang benar-benar terjadi pada era Yesus dan berlanjut pada zaman para rasul-rasul sekitar 2000 tahun lalu. Tapi apa iya di era globalisasi dengan teknologi yang super canggih sekarang ini nama Yesus masih “mujarab” digunakan?

Memang masih teramat banyak umat Kristiani yang percaya nama Yesus memiliki kuasa. Namun diantara orang percaya itu, seberapa banyak yang mengalaminya sendiri secara langsung dan pribadi? Atau seberapa banyak yang melakukan “praktek” untuk membuktikan nama Yesus itu penuh kuasa?

Disadari atau tidak, pola pikir yang sering ditemui saat ini adalah nama Yesus baru terasa kuasa-Nya jika mereka yang menyebutkannya atau yang berdoa itu memiliki jabatan-jabatan rohani dalam gereja secara organisasi atau para penginjil, misionaris maupun orang yang memiliki karunia-karunia khusus. Intinya, kuasa nama Yesus berlaku hanya atas orang-orang tertentu dengan jabatan-jabatan tertentu pula. Jadi ketika orang-orang Kristen dalam masalah, mereka buru-buru akan menghubungi hamba-hamba Tuhan, tak peduli apakah itu siang hari, tengah malam, bahkan dini hari. Tak peduli apakah hamba-hamba Tuhan itu lagi beristirahat, atau lagi ada pelayanan atau ada keperluan lain, yang penting hamba-hamba Tuhan itu harus datang secepatnya membantu mereka.

Paradigma ini yang harus diubah, diperbaharui, dan ditransformasi, karena jika tidak, maka orang-orang Kristen dalam hal ini jemaat menjadi tidak mandiri, tidak bertumbuh dan sangat tergantung kepada seorang manusia yang sangat terbatas dalam hal apapun, bukannya kepada Allah yang kuasa-Nya tidak terbatas, yang kuasa-Nya tak terkungkung oleh dimensi apapun. Bukannya tidak boleh meminta bantuan hamba-hamba Allah yang diurapi, tapi Allah lebih menginginkan iman saudara bertumbuh di dalam Dia.

Ketergantungan saudara pada hamba-hamba atau pelayan-pelayan Tuhan membuat kehidupan rohani saudara tidak bertumbuh dan kedepannya ini bisa mengganggu pelayanan saudara, baik itu dalam lingkup pribadi dan keluarga maupun skup yang lebih besar lagi. Perlu diingat, seorang pendeta, pendoa, atau siapapun itu, semuanya memiliki keterbatasan.

Joyce Meyer dalam bukunya, “Yesus Nama Di Atas Segala Nama”, mengungkapkan, banyak orang Kristen hanya sekedar rajin beribadah, tapi mereka tidak tahu tentang kuasa nama Yesus. Artinya kehidupan Kristiani seperti ini tanpa kuasa, kehidupan spiritual yang hambar.

Untuk membongkar atau menelanjangi semua strategi Iblis yang berupaya meredam penggunaan nama Yesus oleh anak-anak Tuhan, ada baiknya saudara mengenal lebih dahulu siapa itu Yesus dan apa latar belakangpNya.

Pepatah mengatakan, “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Artinya kita perlu mengenal lebih dekat siapa Yesus itu. Semakin mengenal, semakin dekat, semakin melekat, maka semakin sayang.

Dengan mengetahui dan mengenal pribadi Yesus, maka saudara yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti dan yang tadinya “kurang” percaya akan kuasa nama Yesus bisa semakin kokoh imannya dengan harapan bisa membantu saudara seiman lainnya dalam pertumbuhan rohani mereka. Untuk itu perlu pengenalan akan Yesus secara benar dan itu hanya didapat melalui pembacaan dan perenungan firman Allah, melakukan firman Allah serta memiliki ”kehidupan” doa.

Pembacaan firman Allah akan menumbuhkan dan mengokohkan iman saudara. Roma 10
Rm. 10:17 “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Sementara ”kehidupan doa” yang menghantarkan seseorang semakin dekat dan melekat kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Orang yang tidak memiliki ”kehidupan doa” bisa diartikan orang yang sombong, karena tidak memerlukan Tuhan, orang yang tidak mau tergantung sepenuhnya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar