Rabu, 02 Oktober 2013

ANUGERAH KESELAMATAN YANG TAK TERNILAI




By: Hikman Sirait S.Th.

Matius 18:23-27



Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.

Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.

Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.


Seringkali kita sebagai orang-orang Kristen, baik secara sadar maupun tidak sadar menganggap remeh keselamatan yang Tuhan sudah anugerahkan. Perbuatan dosa yang sama secara berulang-ulang setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat menunjukkan bahwa kita adalah orang Kristen yang tidak dewasa dan tidak menghargai betapa besarnya pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib.

Dosa itu diibaratkan utang dan utang kita kepada Allah Yang Maha Kudus adalah sebesar 10.000 talenta. Jika kita menggunakan rumusan konversi Alkitab bahwa 1 talenta = 6.000 dinar. Berarti utang kita kepada Allah mencapai 60.000.000 dinar. Selanjutnya perhatikan secara baik-baik, 1 dinar merupakan upah 1 hari bekerja (Matius 20:2). Jadi kita harus bekerja selama 164.383 tahun dan 56 hari atau bekerja selama 479.998.808 jam (jika 1 hari kerja diitung 8 jam)  baru dapat melunasi utang tersebut. Itupun dengan syarat upah satu hari bekerja sebesar 1 dinar kita bayarkan semua. Berarti kita harus bekerja selama 164.383 tahun dan 56 hari serta berpuasa selama 164.383 tahun dan 56 hari baru dapat melunasi utang tersebut. Dengan kata lain, sangat mustahil kita bisa membayar utang tersebut. Tidak ada satu manusiapun di bumi ini yang mampu membayar utangnya kepada Sang Raja Agung.
Dalam perikop di atas juga dikatakan bahwa konsekuensi dari tidak dibayarkannya utang tersebut adalah orang yang berutang itu, berikut seluruh isi rumahnya dan harta kekayaannya dijual untuk membayar utang tersebut. Artinya orang tersebut akan jatuh miskin dan kehilangan segalanya serta akan hidup dalam penderitaan yang tidak akan pernah berakhir. Yang dialami tersebut adalah sesuatu yang memalukan, menyedihkan, menyakitkan dan menyengsarakan.
Demikian dengan konsekuensi dari dosa, yakni maut (Roma 6:23). Manusia berdosa sudah pasti mendapatkan hukuman kekal. Yang ada hanya cucuran air mata, kesakitan, dan penderitaan yang tiada pernah berhenti di Neraka. Dosa membuat hidup manusia berada dalam kuk perbudakan Iblis, tidak ada sukacita, tidak ada pengharapan, dan tidak ada masa depan.
Sebesar apapun utang orang tersebut, Sang Raja Agung tergerak hatinya oleh belas kasihan dan memutuskan menghapus utang yang begitu luar biasa besarnya.
Begitu besarnya dosa manusia dan berada dalam penghakiman Allah Yang Adil, namun Dia adalah Bapa yang penuh kasih karena Dia adalah Kasih (1 Yohanes. 4:8). Dia adalah Bapa yang penuh dengan rahmat dan tak pernah berkesudahan kasih setiaNya (Ratapan 3:22). Bapa bukan hanya menghapus dosa kita, tetapi Bapa menghapus dosa kita dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yakni Tuhan Yesus Kristus sebagai kurban penebusan atas dosa kita (Yohanes 3:16). Seharusnya kita yang mengalami kematian, tetapi Kristus menggantikan kita. Seharusnya kita yang mengalami penderitaan, tetapi Kristus menggantikannya demi manusia yang dikasihi-Nya. Seharusnya kita yang menanggung malu dan hinaan tetapi Kristus yang menanggungnya demi kita selaku ciptaan-Nya.
Tidak ada seorang bapa di dunia ini yang rela anaknya mati di kayu salib demi perbuatan orang lain. Tetapi Bapa kita yang bertahta di Sorga rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal demi menebus dosa umat manusia. Tidak mungkin hati seorang bapa tidak hancur dan remuk melihat anaknya menjadi korban akibat perbuatan orang lain. Demikian dengan hati Bapa, Bapa pasti “menangis”, Bapa pasti “remuk-redam”, Bapa pasti “menjerit”, tetapi Bapa tahu bahwa Anak-Nya memang harus dikurbankan demi menyelamatkan manusia yang berdosa, manusia yang hina, manusia yang memberontak. Bapa tahu bahwa hanya kurban Kristus yang bisa dan mampu memulihkan dunia ini khususnya harkat dan martabat manusia. Kita bukan hanya dipulihkan, tetapi kita dibenarkan karena penbusan Kristus Yesus (Roma 3:24).
Sekarang, akankah kita mau menganggap remeh akan keselamatan yang sudah Allah anugerahkan kepada kita? Apakah kita mau menyia-nyiakan keselamatan itu dengan melakukan dosa dan dosa dan dosa? Ataukah kita bertobat dan mulai melakukan kebeneran Firman Allah sebagai bentuk kecintaan kita kepada Sang Raja Agung, yang telah menghapus (menebus) seluruh utang kita yang tidak akan pernah kita bisa bayar? Pilihan ada ditangan saudara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar