Rabu, 05 Mei 2010

Doa Bapa Kami dalam Era Ekonomi Global

Oleh: Ranto Gunawan Simamora, MTh*

Doa berbeda dengan keinginan pada umumnya. Doa merefleksikan sebuah keinginan manusia dalam mencari kemitraan dengan yang Ilahi. Berdoa adalah berupaya memadukan visi dan keinginan seseorang dengan visi Ilahi bagi seseorang dan yang lainnya. Dari persfektif kristiani, berdoa adalah mewartakan visi seseorang secara konstan, kesediaan dan komitmen untuk mencari kehendak Allah bagi dirinya dan bumi atau ciptaan Allah yang lebih luas.

Itu berarti visi Doa Bapa Kami dipandang sebagai artikulasi kehendak Allah yang terdekat bagi dunia dan terhadap peran orang-orang Kristen di dalam kemitraan mereka dengan Allah atas bumi. Dalam Doa ini, komunitas-komunitas Kristen menyampaikan komitmen dan tanggung jawab mereka bagi pemenuhan kehendak Allah di bumi. Sebab,
doa merupakan sebuah upaya untuk bertemu, mendengar, berbicara dan berkarya dengan Allah. Doa dilantunkan untuk menerima tanggung jawab bagi relasi antarpersonal dan internasional di bumi.

Sayangnya, saat ini Doa Bapa Kami telah menjadi hanya sebuah teks lain yang diulang-ulang baik di rumah maupun di dalam komunitas kristiani. Sesungguhnya mereka bukan sedang mengatakan sesuatu yang hendak mereka realisasikan. Kita akan melihat dan mempertimbangkan ulang tanggung jawab dari Doa Bapa Kami di dalam era ekonomi Global saat ini.

Globalisasi
1. Meningkatnya keterhubungan sistem-sistem ekonomi dari negara-negara, bangsa-bangsa dan benua-benua yang berbeda.
2. Dimanisfestasikan oleh Multi National Corporation (MNC)/Trans National Corporation (TNC) di negara-negara berkembang untuk mengeksploitasi buruh murah dan memaksimalkan keuntungan-keuntungan mereka.
3. IMF dan Bank Dunia mendikte kebijakan-kebijakan sosial dan ekonomi banyak negara.
4. Ditandai oleh karakter: kompetisi, dominasi, dan keseragaman versus etik keagamaan: kooperatif, solidaritas dan belarasa.
5. Negara-negara berkuasa mengontrol pasar-pasar dan menentukan harga-harga yang mereka jual dan beli. Ini mengakibatkan yang miskin dieksploitasi dan yang kaya semakin kaya. Pasar bebas yang dipertuan-besar tidak sungguh-sungguh bebas, sebab ia ditata untuk menguntungkan sebagian kecil pemain.

Doa Bapa Kami
Di Gunung Sinai, Keluaran 19-20, Allah tidak hanya memanggil orang-orang Israel keluar dari perbudakan, tetapi juga telah memanggil sebuah bangsa untuk bertanggung jawab kepada visi Allah bagi mereka secara budaya, ekonomi, politik, dan sosial. Di dalam pembaca Matius, mereka adalah sekelompok Yahudi yang bertahan/selamat dari penghancuran Bait Allah di Yerusalem tahun 70 M. Dalam kedua kasus tersebut, waktu-waktu genting menjadi momen-momen untuk mendengarkan dan mencari visi Allah secara intens. Krisis memunculkan kembali sebuah visi, sambil mendengar dan mencari yang baru.
1. Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu
 Penggunaan kata “Bapa” hanyalah merefleksikan sebuah budaya patriarkhal dan memperlihatkan keterbatasan bahasa manusia dalam menyebutkan Allah. Karena itu, Our Father in heaven, hallowed be your name bisa diganti menjadi Our Parent in heaven …, tanpa kehilangan makna.
 Penyebutan Allah dengan “Bapa kami” menyatakan semua kita adalah “anak-anak” dari orangtua yang sama. Sementara itu, penyebutan surga di dalam lagu-lagu dan mitologi Kristen merupakan gambaran dari kedamaian pokok: tidak ada derita, kematian, kelaparan, dan air mata. Motivasi ekonomi yang memakan tetangganya terdekat tidak ada lagi.

2. Datanglah Kerajaan-Mu; jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.
 Kerajaan Allah bukanlah bersifat geografis, tetapi menunjuk pada pemerintahan Allah. Nama Allah akan dikuduskan bila peraturan dan kehendak Allah dinyatakan di bumi seperti di surga. Berdoa Bapa Kami (selanjutnya: BK) berarti memohon tanggung jawab untuk menjadi mitra aktif dalam membangun Kerajaan Allah di bumi, untuk membangun relasi-relasi antarpersonal dan internasional yang sehat di bumi.
 Berdoa BK di era globalisasi saat ini berarti memperhatikan panggilan untuk “kembali kepada Allah dan bersukacita di dalam pengharapan”. Pengharapan, sebab orang-orang Kristen adalah anak-anak dan mitra Allah yang mesti komitmen untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi sebagaimana di surga: mereka dedikasikan untuk memelihara ciptaan Allah yang kudus, bukan dengan sistem-sistem ekonomi global yang eksploitatif atau dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan yang korup dan manipulatif.

3. Berikanlah kami hari ini makanan yang secukupnya
 Makanan sehari-hari menyatakan betapa sentralnya makanan dalam kehidupan sesehari. Allah ingin tersedianya makanan untuk semua orang. Namun kenyataannya makanan tidak selalu tersedia bagi semua orang. Doa BK memberikan tugas bagi komunitas dan institusi Kristen untuk menjadi anak-anak Allah yang bertanggung jawab yang perlu mengingat anggota-anggota keluarga yang tidak memiliki makanan sehari-hari. Doa ini mengingatkan komunitas Kristen untuk juga meperhatikan mereka yang masih makan nasi aking, singkong, jangung sebagai pengganti nasi.Berdoa untuk makanan hari ini di era globalisasi dapat juga menjadi sebuah panggilan pertobatan, khususnya bagi mereka yang terlalu nyaman dengan struktur ekonomi nasional dan internasional. Hal ini menantang komunitas-komunitas Kristen yang hidup dengan kemiskinan dan kematian untuk merealisasikan bahwa peraturan dan kehendak Allah sedang tidak direalisasikan di dunia ini. Orang-orang Kristen juga ditantang untuk menilai struktur-struktur ekonomi yang berpihak bagi sebagian orang dan merugikan orang lain untuk mengupayakan kedamaian dan kecukupan-diri bagi semua orang.

4. Ampunilah akan kesalahan-kesalahan (debts) … kesalahan-kesalahan orang lain (debtors)
 Pengampunan adalah sesuatu yang sulit. Pada saat itu rata-rata orang Yahudi memiliki hutang kepada pemerintahan kolonial Romawi (pajak pemerintahan dan Bait Allah, Mat. 22:15-22; 17:24-27). Belum lagi jika tanah-tanah tidak subur, banyak yang pengangguran dan berutang. Ketika mereka gagal bayar pajak, mereka pinjam dari tuan-tuan tanah kaya dan gagal mengembalikannya. Mereka ada yang dipenjarakan karena hutang-hutang mereka (Mat. 5:25-26; 18:23-35).
 Kalimat “Ampunilah kesalahan-kesalahan kami” bukanlah hanya ucapan spiritual dan tidak berbuat sesuatu dengan struktur-struktur ekonomi saat ini. Itu adalah perintah langsung pada struktur-struktur ekonomi di era Romawi. Hutang-hutang dan pajak-pajak yang tak terbayar mesti dilepaskan, mesti dituluskan. Ini bukanlah saran untuk menghindar membayar pajak/hutang.
 Melalui pengampunan dan ampunan yang diberikan, di situ ada panggilan pertobatan: berbalik dari kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi yang menindas dan eksploitatif ke arah kehendak Allah untuk seluruh ciptaan. Doa ini adalah panggilan bagi restrukturisasi ekonomi: membebaskan mereka yang tertindas dari sistem-sistem yang eksploitatif dan memanggil mereka yang berkuasa untuk meninggalkan strategi-strategi ekonomi mereka yang tidak adil. Restrukturisasi ini juga dimulai dari bawah, mereka yang mencari keadilan, bukan dari atas.
 Doa ini berarti sebuah panggilan bagi setiap kelompok, lembaga, negara, individu untuk terlibat secara aktif di dalam pembentukan dan pengimplementasian sebuah peraturan yang adil, yang ilahi – untuk menjadi mitra-mitra yang bertanggung jawab bersama Allah di dalam membangun Kerajaan Allah di bumi. Doa ini menawarkan sebuah alternatif: pengampunan, dan terpanggil untuk membangun keadilan, perdamaian, dan kecukupan-diri.

5. Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang
  jahat

Doa ini adalah pengakuan betapa lemahnya manusia. Semua orang sadar apa yang Allah kehendaki di bumi, tetapi mereka telah jatuh ke dalam pencobaan dan dosa kehidupan bersama etika globalisasi. Kita telah mendengar suara-suara di padang gurun, tetapi kita berdiam diri atas korupsi pemerintahan nasional dan internasional, penyalahgunaan dana-dana, kebijakan-kebijakan ekonomi internasional yang tidak adil dan kebijakan-kebijakan eksploitatif terhadap mereka yang lemah.
Mereka yang berdoa BK mengabaikan permohonan dan tanggung jawab mereka. Putra-putri Allah telah mengabaikan kehendak Orangtua mereka dan menjadi mitra atau pendukung pasif para pemerintah-pemerintah lokal yang korup dan pasar-pasar internasional yang eksploitatif. Ini berarti telah jatuh ke dalam pencobaan.

Sebuah Misi Baru
 Keselamatan di dalam kekristenan saat ini mesti dilihat dalam penciptaan lingkungan-lingkungan yang di dalamnya seluruh ciptaan Allah diberikan kesempatan bagi pemenuhannya yang maksimum. Misi Kristen mesti difokuskan pada isu-isu globalisasi yang sedang menjajah kembali ciptaan Allah, melalui TNC`s dan lembaga-lembaga keuangan internasional.
 Bagi semua komunitas, bangsa, lembaga dan individu Kristen, berdoa dan memohon dilepaskan dari yang jahat di era global ini meminta pertobatan disertai tindakan, kesediaan mendengar DBK dan menangkap ulang implikasi-implikasi dari doa tersebut. Dengan berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”, adalah bersedia menjadi mitra yang bertanggung jawab, wali-wali/agen-agen keadilan, putra-putri yang aktif di dalam menghadirkan peraturan Allah di dunia.

* Ranto Gunawan Simamora, MTh
Tapanuli Utara, 18/9/1975
Sarjana Teologi dari STT Jakarta, 2001
Master Theologia dari STT Jakarta, 2005
Mengajar di UI sejak 2003 – sekarang
Menulis buku: Misi Kemanusiaan dan Globalisasi – Teologi Misi di Indonesia dalam Konteks Globalisasi, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar