Rabu, 05 Mei 2010

Teladan Sikap Hidup Ayub

Kitab Ayub 
Kitab Ayub merupakan salah satu kitab yang cukup kontroversi dan mengandung materi yang bisa mengundang perdebatan cukup sengit. Beberapa materi kitab yang cukup kontroversial diantaranya:

  1. Pernyatataan bahwa Ayub orang saleh dan jujur; takut akan Allah; menjauhi kejahatan (Ps. 1:1); tetapi justru mengutuki hari kelahirannya sehingga memberi kesan menyesal telah dilahirkan. 
  2. Saat mengalami penderitaan Ayub berkeluh kesah (Ps. 3:1-26) mempertanyakan keadilan Tuhan mengapa atau apa yang telah diperbuatnya sampai ia harus terkena malapetaka. Keluh kesah ini menimbulkan suatu pertanyaan, apakah orang saleh diperboleh mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya kepada Allah. 
  3. Pembicaraan antara iblis dengan Allah (1:6-12; 2:1-6) juga kerap kali dipertanyakan, benarkah


    musyawarah di surga itu benar-benar ada? Siapa yang menjadi saksi dan mengapa bisa dituliskan. Padahal pembicaraan itu sendiri paling besar kemungkinan terjadi di sorga dan apakah penulis kitab ikut menjadi saksi dalam pembicaraan itu? Tapi dalam hal ini yang paling bisa diterima adalah bahwa Allah sendiri yang menyampaikan pernyataanNya, terkait dengan pembicaraan dua arah antara iblis dengan Allah.
  4. Dalam kitab ini juga menonjol suatu serangan dari sahabat-sahabat Ayub yang memiliki konsep berpikir seperti yang diinginkan iblis bahwa orang benar hidup makmur namun orang bersalah mengalami penderitaan. 
  5. Yang paling mengusik sebenarnya adalah sikap Ayub yang tetap keukeh bahwa dirinya tidak bersalah, memberi kesan bahwa dirinya bukan seorang yang rendah hati.
Kalau diperhatikan secara seksama, penderitaan yang dialami Ayub ini merupakan hasil dari musyawarah di sorga yang tidak diketahui Ayub (1:6-12; 2:1-6). Berawal dari pertanyaan Allah kepada iblis, lalu pujian Allah akan kesalehan Ayub yang membuat iblis semakin geram lalu mengajukan tuntutan untuk mencobai, yang akhirnya disetujui Allah dengan satu syarat nyawanya tidak boleh disentuh.

Penderitaan demi penderitaan yang dialami Ayub dan ketaatannya kepada Allah justru dicela oleh istrinya yang notabene orang yang paling dekat dengan dirinya. Sebaik dan seburuk apapun kondisi suami, hendaklah para istri menjadi pendamping yang setia, yang bisa menopang dan menguatkan, bukannya justru menanduk atau merongrong. Karena istri sebagai tiang rumah tangga. Tiang itulah yang menyangga bagian atas (suami) rumah agar tidak runtuh.  Semakin "cantik", semakin mantaplah rumah tangga itu.

Lalu muncul tiga sahabatnya, Elifas, Bilda, dan Zofar, yang menaruh iba dengan maksud untuk memberi penghiburan, tetapi yang terjadi malah suatu perdebatan tiga babak yang justru menyerang Ayub. Memang tidak semuanya, tapi banyak kali sahabat-sahabat atau orang terdekat kita yang justru "menyerang" dan "meninggalkan" kita takkala kita dalam kesulitan dan melalui kitab ini Allah mengungkapkan bagaimana sifat manusia berdosa sebenarnya.

Ada tiga babak serangan terhadap Ayub oleh sahabatnya:
Babak pertama:
1. Dimulai dari Elifas yang “menyerang” (Ps. 4-5) lalu dijawab Ayub (Ps. 6-7),
2. Bildad “menyerang” (Ps. 8) lalu dijawab lagi oleh Ayub (Ps. 9-10),
3. Zofar “menyerang” (Ps. 11) dan dijawab juga oleh Ayub (Ps. 12-14).
Babak kedua:
1. Elifas “menyerang” (Ps. 15) kemudian dijawab Ayub (Ps. 16-17),
2. Bildad “menyerang” (Ps. 18) lalu dijawab Ayub (Ps. 19),
3. Zofar “menyerang” (Ps. 20), dijawab Ayub (Ps. 21).
Babak ketiga:
1. Elifas “menyerang” (Ps. 22) kemudian dijawab Ayub (Ps. 23-24),
2. Bildad “menyerang” (Ps. 25) lalu dijawab Ayub (Ps. 26-31),
3. Elihu menyatakan pendapat (32-37).

Hal-hal yang perlu diketahui tentang ketiga saham Ayub:

  • Elifas, orang Teman, merupakan yang paling tua dan terpandai diantara sahabat Ayub. Dari perkataan-perkataannya kepada Ayub dapat diketahui bahwa ia bicara berdasarkan pengalaman dan menyandarkan pada filsafat. Menguasai teori tertentu namun pandangannya akan providensia Tuhan sangat terbatas serta terperankap dalam konsep iblis bahwa orang bersalah pasti binasa (menderita).
  • Bildad, orang Suah, perkataan-perkataannya lebih terus terang, dan keras cenderung tidak menghormati Ayub. Tapi ini bisa terjadi karena ia sudah mengikuti pembicaraan Elifas dan Ayub dimana sikap Ayub mungkin menimbulkan panas hati. Perkataan-perkataannya lebih didasarkan pada adat kebiasaan dan tradisi. Sama dengan Elifas, pengetahuan tentang providensia Allah sangat minim dan konsep berpikirnyapun tidak berbeda jauh dengan Elifas.
  • Zofar, orang Naama, hanya ikut pembicaraan dalam dua babak dimana pada babak ketiga digantikkan oleh Elihu. Perkataan-perkataan yang disampaikan Zofar ini lebih keras dari dua orang sebelumnya dan lebih dangkal lagi karena didasarkan pada dugaan belakab dan dogma agama. Perkataan-perkataannya yang cenderung tidak sopan bisa juga disebabkan ia telah mengikuti pembicaraan Elifas versus Ayub, lalu Bildad versus Ayub serta penuturan Ayub bahwa sahabat-sahabatnya hanya mencari-cari kesalahnnya padahal mereka justru tidak menemukan kesalahan Ayub. 
  • Elihu, merupakan yang paling muda diantara semuanya, tapi perkataannya mengakhiri perdebatan-perdebatan sebelumnya karena apa yang disampaikannya baik dari kata-kata maupun materinya lebih berkualitas ketimbang Elifas, Bildad dan Zofar. Ketika pendekatan yang dilakukan tiga orang sebelumya tak berhasil, Elihu menggunakan pendekatan baru, ia juga memberi jawaban baru dan nasihat yang baru yang lebih mengena tanpa menyalahkan sikap Ayub.

Ending dari kitab Ayub ini adalah murka Allah terhadap ketiga sahabat Ayub yang telah “menghakimi” ketimbang menghibur. Disadari atau tidak disadari, sering kali kita menjadi "hakim" atas orang lain. Padahal penghakiman itu milik Allah. Keinsafan Ayub akan kekuasaan Tuhan (Ps. 42) yang tidak terbatas dan tiada duanya. Penyesalannya mendorong terjadinya pemulihan akan kondisi Ayub oleh Allah dimana Ayub diberkati lebih besar dari sebelumnya.

Refleksi
1. Kitab Ayub dimulai dengan pernyataan bahwa Ayub orang saleh dan jujur; takut akan Allah; menjauhi kejahatan (Ps. 1:1), seorang yang taat beribadah dan penuh tanggung jawab sebagai kepala keluarga (Ps. 1:5).
2. Keintiman Ayub dengan Tuhan dapat terlihat dari sikapnya dalam menghadapi masalah dimana ia tidak berbuat salah melalui lidah bibirnya.
3. Konsep iblis bahwa orang benar hidup makmur dan orang bersalah pasti menderita. Disadari atau tidak, konsep iblis ini malah diperkuat dengan perkataan-perkataan ketiga sahabat Ayub.
4. Ada hal yang menarik dari perkataan iblis kepada Allah, bisa disimpulkan iblis ingin mengatakan bahwa manusia saleh kepadaNya karena “pamrih” akan berkat dari Allah.
5. Allah mematahkan sekaligus dua konsep iblis dengan hasil bahwa Ayub tetap setiap sampai akhir tanpa cela walaupun mengalami penderitaan yang sangat berat.
6. Di sini Allah ingin mengajarkan bahwa Dia memperhatikan hidup Ayub (manusia), penderitaan yang diijinkan terjadi tidak melebihi kemampuan manusia dan Allah pasti memberikan pertolongan.

7. Berhati-hatilah dengan perkataan dan sikap, karena niat baik bisa berubah menjadi suatu penghakiman. Bukannya membangun iman saudara tetapi filsafat-filsafat maupun firman Tuhan justru dipakai untuk “menyerang” yang menimbulkan perselisihan (1 Tim. 6:4).

Aplikasi
1. Hidup saleh seperti Ayub.
2. Bertanggung jawab atas hidupnya dan seluruh anggota keluarganya dengan membangun mezbah persembahan
3. Berhati-hati dengan keluh-kesah, sedapat mungkin tidak usah berkeluh-kesah.
4. Waspada atas nasihat-nasihat yang kelihatan baik, tapi malah merusak.
5. Hidup rendah hati.
6. Selalu menaruh pengharapkan pada Allah tanpa perlu mempertanyakan apa yang terjadi kepada Allah.
7. Optimislah bahwa pertolongan Allah indah pada waktunya.

By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar