Kamis, 10 Maret 2011

Yesus Sanggup Memulihkan


TAFSIR MARKUS 1:40-45

40. Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."

          Perikop ini dimulai dengan seorang sakit kusta datang kepada Yesus dan mengharapkan pertolongan dan kesembuhan. Kata datang dalam bahasa Yunaninya adalah ερχεται (erchetai) dari akar kata erchomai dengan kata kerja present middle or passive depoNent Indicative, yang berarti orang kusta itu mendatangi Yesus bagi kepentingan dirinya sendiri.
Berdasarkan aturan di Perjanjian Lama, orang yang menderita kusta harus diasingkan atau mereka harus keluar dari kota tersebut dan tinggal di tempat sunyi agar penyakit kusta itu tidak tertular ke orang lain. Orang yang menderita kusta seringkali dikatakan orang yang kenal tulah atau kena kutuk Allah atau orang yang kena roh-roh najis (roh-roh jahat) yang dalam bahasa Yunani adalah ακαθαρτω (akatharto) dari akar kata akathartos (Markus 1:23).

Bilangan 12:10.
Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!

Kuat sekali kemungkinan orang yang sakit kusta itu sudah mendengar tentang apa yang dilakukan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya. Maka dengan keberaniannya ia mendatang Yesus sembari menyembah. Perkataan “Kalau Engkau Mau…” bisa juga diterjemahkan sebagai pengakuan orang kusta itu atas ke-Ilahian Kristus karena orang yang menderita kusta ini menyadari bahwa yang dapat mentahirkan (menguduskan, membersihkan, menyucikan) hanya Allah saja. Kata “mentahirkan” dalam Yunani pada perikop ini adalah καθαρισαι (katharisai) dari akar kata katharizo  yang artinya membersihkan atau menyucikan. Dengan demikian secara tidak langsung orang berpenyakit kusta ini mengakui Ke-Ilahian Kristus dan mengharapkan belas kasihan-Nya.

41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
         
          Yesus mengetahui secara persis aturan bangsa Israel bahwa orang kusta tidak boleh ada di tengah kota, mereka harus diisolai. Namun dari ayat di atas Markus kembali menunjukkan bahwa Kristus tidak menolak orang kusta itu. Bahkan tergeraklah hatinya oleh belas kasih karena satu lagi “anak adam” datang dengan pengharapan akan penyucian atau pemulihan. Kata “Belas Kasihan” di dalam Yunaninya adalah σπλαγχνισθεις (splagchnistheis) dari akar kata splagchnizomai yang berarti mempunyai perasaan kasihan. Tetapi mungkin kata ini bisa ditegaskan sebagai “simpati” yakni seseorang yang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang itu. Dengan demikian narasi ini ingin menyampaikan pesan bahwa Yesuspun mengerti dan ikut merasakan apa yang diderita orang kusta itu, baik itu penghinaan, baik itu pengusiran, baik itu kesakitannya maupun yang lainnya. Pada akhirnya Yesus menjamah orang itu dan orang kusta itu menjadi tahir (kudus, membersihkan, menyucikan) yang dalam Yunani menggunakan kata καθαρισθητι (katharistheti) dari akar kata katharizo. Menjamah menunjukkan adanya kontak fisik dengan orang kusta itu dan itu bisa saja berarti bahwa Yesus menanggung apa yang diderita orang kusta itu.

43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.

Sekali lagi Yesus memberi peringatan kepada orang yang sudah sembuh agar tidak bercerita tengang apa yang dilakukan Yesus. Jelas sekali perintah Kristus ini menunjukkan bahwa Ia tidak ingin ke-Mesias-an-Nya disalah mengerti oleh orang-orang Yahudi pada saat itu. Tapi di sisi lain Yesus memerintahkan orang itu untuk mem-“perlihatkan” diri kepada imam. Kata “perlihatkanlah” menggunakan kata δειξον (deikon) dari akar kata deiknuo yang berarti “menunjukkan”. Kata “menunjukkan” merupakan kata kerja aorist active imperative. Dengan demikian orang yang telah disucikan itu harus menunjukkan diri kepada iman, untuk selanjutnya mempersembahkan persembahan seperti yang diperintahkan Musa (Imamat 14:4-…).
Dalam Imamat tersebut dituliskan, setiap orang yang akan ditahirkan diambilkan dua ekor burung yang hidup. Seekor disembelih dan seekor lagi yang masih hidup harus dicelupkan ke dalam darah burung yang sudah disembelih dan harus memercikkan tujuh kali kepada orang yang harus ditahirkan dan burun dilepas ke padang. Burung yang disembelih dan darahnya menunjukkan gambaran kuasa Kerajaan Allah, yakni Tuhan Yesus sendiri yang dikorbankan di kayu salib dan darahnya tercurah untuk menebus setiap dosa umat manusia. Ketika korban Yesus dicurahkan maka manusia di selamatkan di mana kata “padang” menunjukkan gambaran kebebasan atau keselamatan atas umat-Nya.
Perintah Yesus agar orang itu tidak bercerita ternyata tidak dituruti, dan sekarang bertambah luaslah kabar tengang Kuasa yang dimiliki Kristus. Jikalau tadinya orang-orang berpikir yang sakit kusta tidak bisa disembuhkan, maka sekarang ada kuasa yang dapat menyembuhkan penyakit yang mengerikan itu. Penyebaran berita penyucian atas orang yang sebelumnya mengidap kusta ternyata justru menghambat Kristus untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah. Dalam ayat ini Markus menyampaikan pesan Yesus bahwa belum saatnya ke-Mesias-an Yesus diberitakan.



Perkuliahan Exegese
Ditulis kembali dan dipertajam by Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar