Kamis, 10 Maret 2011

Iman Siapa Yang Berperan?

TAFSIR MARKUS 2:1-12

Markus 2:1, “ Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. “

          Pada perikop sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Yesus dan beberapa orang pilihan-Nya berada di Galilea untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah. Pada kesempatan lain Yesus kembali lagi ke Kapernaum dan orang banyak mendengar bahwa Ia ada di rumah. Rumah siapa yang dimaksud Markus pada ayat pertama ini? Jika kita menilik pada Markus 1:29, berarti yang dimaksud Markus adalah rumah Simon dan Andreas.

Markus 2:2, “Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,”

          Pada ayat dua dalam perikop ini bila membandingkan dengan bahasa Yunaninya dimulai dengan kata και ευθεως (kai eutheos) yang artinya “dan tidak lama kemudian”. Dengan demikian, sesaat setelah Yesus tiba di rumah, maka banyak sekali orang yang datang sehingga tidak ada lagi tempat kosong di rumah itu. Walau mungkin Ia belum beristirahat dari perjalanan yang jauh, tetapi Yesus tetap memberitakan Firman. Kata “Firman” yang digunakan dalam bahasa Yunaninya adalah τον λογον (ton logon) di mana kata ton merupakan definitif (pasti/tidak ada yang lain). Berarti “Firman” yang dimaksud di sini adalah berita tentang Kerajaan Allah1, karena Kristus adalah pelaksana misi Kerajaan Allah.


Markus 2:3-4, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.

          Pada Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (ITB) narasi pada ayat kedua dan ketiga terkesan ada jeda. Lihat perbedaannya dengan Alkitab Indonesia Bahasa Sehari-Hari (IBIS), “Sementara Ia berbicara, empat orang…”. Dengan mengacu kata sambung “kai” seperti dalam Yunaninya, maka kalimatnya adalah, “Dan sementara Ia berbicara, empat orang…”. Ini menunjukkan ketika Yesus sedang menyampaikan berita tentang Kerajaan Allah, maka di luar terjadi kegiatan di mana empat orang menggotong satu orang lumpuh yang berbaring di atas kasur, untuk datang mendekati. Hanya saja jumlah orang di rumah itu sudah berjubel sehingga mereka tidak bisa masuk.


1. Tulisan Tafsir Markus 1:1-8


Jelas sekali rumah di mana Yesus menyampaikan berita tentang Kerajaan Allah merupakan rumah dengan ruang yang cukup besar karena bisa menampung sangat banyak orang. Tetapi model rumah ini sama dengan kebanyakan rumah masyarakat Yahudi yang memiliki tangga di samping rumah untuk naik ke atap. Jadi inilah jalan yang ditempuh empat orang dan satu orang lumpuh itu. Selanjutnya menurunkan orang lumpuh yang berbaring di kasurnya ke bawah melalui atap yang telah dibongkar.


Markus 2:5, “Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"

          Seringkali para pengkhotbah menafsirkan bahwa iman empat orang itulah yang menyelamatkan orang lumpuh itu. Benarkah demikian? Lalu siapa saja yang dimaksud “iman mereka”?
          Kata Yunani yang digunakan adalah πιστιν (pistin) dari akar kata αυτων (auton) yang berarti diri sendiri. Yang menarik adalah, kata pistin di sini merupakan singular atau tunggal dan auton adalah plural yang menunjukkan pada kata mereka. Artinya, mereka, yakni keempat orang tersebut dan satu orang lumpuh itu memiliki satu iman atau satu kepercayaan, kepercayaan kepada siapa? Yakni kepercayaan kepada Yesus Kristus bahwa Yesus pasti dapat mengampuni dosa orang tersebut.
          Kebanyakan para pembaca kitab Markus berpikir bahwa orang lumpuh tersebut membutuhkan kesembuhan dan Yesus pasti menyembuhkannya. Namun Markus kembali menyajikan suatu alur cerita yang cukup mengejutkan dimana Yesus justru berkata bahwa dosa (αμαρτιαι/amartiai) orang lumpuh itu sudah diampuni. Jelas ada maksud yang ingin disampaikan Markus sebagai narator dalam cerita pada ayat kelima ini.
Disinilah para penafsir dan pembaca masa kini perlu mengetahui latar belakang dan kepercayaan masyarakat Yahudi pada masa itu. Pada zaman Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru ada suatu keyakinan bahwa sakit-penyakit yang diderita seseorang disebabkan oleh dosa. Sementara misi Kerajaan Allah yang diemban Yesus adalah membinasakan iblis sebagai musuh Kerjaan Allah serta membebaskan orang-orang tertindas dan menyelamatkannya. Menyelamatkan di sini termasuk juga dalam topik pengampunan dosa. Bukan berarti Yesus tidak mau menyembuhkan, tetapi  dalam narasi ini Markus ingin menyampaikan pesan, pengampunan dosa dan keselamatan jiwa adalah yang paling utama. dari apapun. Sementara masalah kesembuhan adalah berkat selanjutnya.


Markus 2:6-7, “Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"


          Pengajaran Yesus yang penuh kuasa ternyata menyebar sangat luas dan menghebohkan sehingga kalangan ahli Taurat (γραμματεων - grammateon) penasaran lalu ikut hadir dalam pemberitaan Firman. Hanya saja perkataan Yesus, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” ternyata sangat mengejutkan mereka karena pengampunan dosa hanya datang dari Allah Yang Maha Kudus (ayat 7). Sedangkan dalam kacamata para ahli Taurat, Yesus hanya seorang manusia biasa, anak dari Yusuf si tukang kayu dan Maria.
Jadi ketika Yesus berkata soal mengampuni dosa, maka “mereka berpikir dalam hatinya”. Kata “berpikir” jika dibandingkan dengan bahasa Yunaninya adalah διαλογιζομενοι (dialogizomenoi) dari akar kata dialogizomai yang berarti pertentangan atau perdebatan. Adapun kalimat “dalam hati” menggunakan καρδιαις (kardias) dari akar kata kardia yang berarti hati (lebih menyangkut pada perasaan). Dengan demikian kalimat yang dikatakan adalah “Pertentangan atau perdebatan dalam hati”. Suasana hati para ahli Taurat sangat terganggu dengan statemen Yesus.
Muncul suatu pertanyaan. Mengapa para grammateon itu hanya berkecamuk dalam hati, mengapa mereka tidak langsung melontarkan kata “Ia menghujat Allah” itu kepada Yesus ditengah khalayak ramai yang juga ikut mendengarkan Firman yang diberitakan Yesus?
Di sinilah unsur politik dan perhitungan mulai bermain. Pengajaran Yesus yang penuh kuasa dan mujizat yang dilakukan mampu menarik minat masyarakat. Yesus Kristus menjadi salah satu tokoh yang sangat berpengaruh pada saat itu, sedangkan pengaruh para ahli Taurat di tengah masyarakat sangat berkurang dan terus berkurang. Inilah yang membuat para grammateon itu tidak berani secara terang-terangan “menghakimi” Yesus karena takut atas respon dari masyarakat.


Markus 2:8-11 “Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"

Jikalau bagi para grammateon itu Yesus hanya seorang manusia namun Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah Yang Maha Tahu. Dia mengetahui apa yang berkecamuk dalam hati para ahli Taurat dan hal itu sangat disayangkan karena yang ada di hati para ahli Taurat itu bukan kasih melainkan sesuatu yang jahat. Matius 12:34 menyatakan apa yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Secara keras Yesus “menembak” apa yang diperdebatkan para ahli Taurat dengan mengungkapkan apa yang para ahli Taurat pikirkan. Ini menunjukkan bahwa Yesus punya kuasa untuk mengetahui segala sesuatu, bahkan yang tersimpan dalam hati orang. Melalui statemen Kristus pada ayat kesembilan, Markus selaku narator ingin menyampaikan pesan bahwa Yesus sebagai pelaksana misi mampu mengemban tugas sebagai pengampun dosa manusia dan mampu mengemban tugas sebagai pembawa berita Kerajaan Allah, yakni misi membebaskan mereka yang tertindas dan menyelamatkan. Ini dibuktikan dengan ayat selanjutnya di mana Yesus mengatakan, “bangunlah”. Bahasa Yunani yang digunakan untuk kata “bangun” adalah εγειραι (egeirai) dari dari akar kata egeiro sebagai kata kerja aorist middle imperative, yang berarti kesembuhan telah terjadi dan orang lumpuh itu bangkit serta bangun seterusnya.


Markus 2:12, “Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."

          Ketika Kerajaan Allah datang, maka kuasa dosa dihancurkan dan iblis dibinasakan, maka semua orang yang hadir bersukacita dan saat itu juga mengekspresikannya dengan memuliakan Tuhan. 


Perkuliahan Exegese
Ditulis kembali dan dipertajam by Hikman Sirait


Tidak ada komentar:

Posting Komentar