Kamis, 10 Maret 2011

Mempersiapkan Jalan Bagi Anak Domba

TAFSIR MARKUS 1:1-8
“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.”
Markus 1:1

Markus memulai kitab ini dengan suatu pernyataan yang begitu memukau. Kata Injil di sini  bukan berbicara tentang kitab-kitab sinopsis, yakni Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Kisah Para Rasul, melainkan pengajaran tentang Yesus Kristus yang merupakan Mesias, Allah Yang Maha Kudus, yang turun ke dunia melalui rupa manusia, menderita, mati, bangkit pada hari ketiga dan naik ke sorga.
Di dalam Alkitab King James Version (KJV), awal dari narasi yang disampaikan oleh si penulis adalah “The Beginning  of the gospel of Jesus Christ, the Son of God” atau “Permulaan pengajaran tentang Yesus Kristus, Anak Allah”. Dengan demikian, sudah seharusnya kalimat “Permulaan pengajaran tentang Yesus Kristus, Anak Allah” menjadi judul narasi dari Markus 1-8, karena judul ini menandakan inti dari narasi yang ditulis Markus, yakni berita tentang Kerajaan Allah, yakni Allah sebagai Raja yang Mahakuasa.

“Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”,
Markus 1:2-3
            Yang cukup menarik di sini adalah perbedaan kalimat  dalam Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dengan KJV. Di dalam Alkitab ITB dikatakan, “...kitab nabi Yesaya” tetapi di dalam KJV kalimat yang digunakan adalah “...written in the prophets...” yang berarti “dituliskan oleh nabi-nabi”.
Melalui naskah ini Markus ingin menyampaikan bahwa ayat kedua dan ketiga merupakan kutipan nubuat dari kitab nabi-nabi, bukan hanya kitab nabi Yesaya. Ayat kedua dikutip dari nubuatan pada Maleakhi 3:1 dan ayat ketiga dikutip dari nubuatan pada Yesaya 40:6.
Kitab Maleakhi berbicara tentang keadaan rohani jemaat atau umat yang penuh dengan kefasikan, kecemaran, kenajisan dan perbuatan lainnya yang ditentang Allah. Dengan kondisi jemaat/umat yang begitu kacau balau, maka Tuhan akan mengutus seorang tokoh transformator, seorang tokoh yang membawa pembaharuan rohani bagi jemaat/umat Tuhan. Tokoh inilah yang mempersiapkan jemaat/umat untuk datang kepada Allah, dan ia berseru-seru di padang gurun.
Kalimat “padang gurun” dikonotasikan sebagai tindakan penyelamatan Allah terhadap bangsa pilihannya. Ketika bangsa Israel diperbudak oleh bangsa Mesir, maka Allah dengan tangan-Nya yang kuat melepaskan umat pilihannya dan memelihara mereka di padang gurun dengan manna dan tiang api.          

“demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”
Markus 1:4

            Setelah Markus mengutip nubuatan nabi-nabi, maka penulis menampilkan sosok Yohanes Pembaptis yang memenuhi nubuatan sebagai utusan Allah yang mempersiapkan umat menyambut kedatangan seorang Raja. Seruan Yohanes Pembaptis merupakan teguran yang begitu keras, yang mengingatkan jemaat/umat bahwa kehidupan rohani mereka sudah sangat tercemar yang dipenuhi dengan kedagingan sehingga mereka harus bertobat. Seruan ini juga merupakan panggilan Yohanes atas sisa-sisa orang Israel di Padang Gurun.
Dalam Perjanjian Lama, kata “tobat” berarti “kembali”, yakni kembali berbakti kepada Allah (Yesaya 10:21, 22). Sementara dalam Perjanjian Baru, kata “tobat” berarti “membelakangi yang semula disembah, lalu menghadapi Tuhan Allah (Ibrani 6:1). Seruan agar jemaat/umat yang bertobat kemudian harus dibaptis menggambar suatu tindakan mempersiapkan umat dalam menghadapi kedatangan-Nya. Bersamaan dengan kedatangan-Nya di tengah-tengah umat Israel, maka datang pula Kerajaan Allah, ketika Kerajaan Allah datang, maka pengampuan dari Raja yang Mahakuasa itu tercurah.

“Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit dan makanannya adalah belalang dan madu hutan.”
Markus 1:5, 6
            Selama lebih dari 400 tahun masa kegelapan, tidak ada lagi satupun nabi Tuhan yang tampil untuk menyampaikan pesan-pesan Allah kepada bangsa Israel. Kini muncullah tokoh Yohanes yang digambarkan sebagai sosok Elia, dengan jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit. Markus selaku penulis ingin menyampaikan bahwa tokoh Yohanes Pembaptis identik dengan sosok Elia sebagai transformator bangsa dengan membunuh 450 nabi-nabi baal di sungai Kison dan membawa pemulihan bagi bangsa Israel yang ditandai dengan turunnya hujan (1 Raja-Raja 18:20-46). Gaya hidup Yohanes kontras sekali dengan para pemimpin agama pada saat itu yang penuh dengan kemewahan, ketulusan dan kerendahan hatinya menarik banyak pengikut.
            Kemunculan Yohanes Pembaptis yang identik dengan ketokohan Elia diperkuat dengan kehidupan Yohanes Pembaptis yang tidak cemar, kehidupannya tidak melanggar aturan-aturan yang ditetapkan Allah. Sebagai natsir Allah, Yohanes Pembaptis hidup benar sesuai dengan perintah Allah.
Bagaimana cara Markus menyampaikan bahwa kehidupan Yohanes menjadi teladan yang sangat baik? Yakni dengan mengisahkan bahwa makanannya adalah belalang dan madu hutan. Apa hubungannya makanan yang dimakan Yohanes dengan kehidupan Yohanes yang tidak cemar? Imamat 11:21 menceritakan hukum-hukum Allah tentang apa yang boleh dimakan bangsa Israel dan apa yang tidak boleh dimakan. Makanan berupa belalang yang dimakan Yohanes masuk kategori makanan yang ditetapkan boleh dimakan atau makanan yang tidak haram. Dengan demikian ayat ini mengarahkan pembaca pada suatu kesimpulan bahwa hidup Yohanes adalah hidup yang menuruti perintah-perintah Allah.
Kemunculan Yohanes seperti nabi Elia dan kehidupannya yang tidak cemar membuat orang melihat bahwa nabi Allah sudah bangkit ditengah bangsa Israel, sehingga orang-orang dari seluruh Yudea dan semua orang Yerusalem berbondong-bondong datang untuk meresponi berita yang disampaikan Yohanes.
Kata “seluruh” dan “semua” pada ayat 5 bersifat hiperbola atau kata yang dibesar-besarkan dengan makna yang disampaikan adalah sangat-sangat banyak orang yang jumlahnya sulit untuk dihitung. Mereka datang berbondong-bondong untuk mendengarkan Yohanes karena selama ini mereka tidak memiliki pengharapan. Kedatangan Yohanes menghidupkan kembali harapan mereka sehingga mereka meninggalkan dosa-dosa (αμαρτιας = plural) mereka dan memberi diri dibaptis. Merunut pada kata “baptis” dalam bahasa Yunani-nya adalah  εβαπτιζοντο (ebaptizonto) dari akar kata baptizo, yakni mempermandikan atau membersihkan, sebagai kata kerja imperfect passive indicative. Dengan demikian artinya mereka yang datang dari seluruh Yudea dan semua orang Yerusalem dibersihkan dari dosa-dosa mereka. Jadi kedatangan Yohanes adalah mempersiapkan umat Tuhan yang telah diperbaharui.

“Inilah yang diberitakannya: Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku  tidak layak.”
Markus 1:7
            Di paragraf sebelumnya sudah dijelas apa yang dikerja Yohanes Pembaptis begitu luar biasa dan mengagumkan. Tokoh Yohanes seakan-akan penuh kuasa mampu menarik orang-orang dari seluruh Yudea dan semua penduduk Yerusalem untuk kembali kepada Allah.
Kembali para pembaca disajikan suatu alur narasi yang  begitu mempesona sekaligus mengejutkan karena Yohanes berkata, “...akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku;...”.
Apa yang ingin disampaikan Markus lewat narasi ini? Bukankah tokoh Yohanes sudah begitu luar biasa? Tetapi mengapa ia mengatakan dirinya tidak ada apa-apanya dengan tokoh yang akan muncul kemudian? Siapa tokoh yang akan datang itu?
Hanya satu jawabannya. Tokoh yang dimaksud Yohanes adalah Yesus Kristus, Anak Allah, penguasa Kerajaan Sorga, Allah yang turun ke dunia dalam rupa manusia.
            Dengan demikian benarlah jalinan kata dalam narasi tentang pernyataan Yohanes tersebut bahwa, “...Ia yang datang lebih berkuasa dari padaku:...”
            Tak sampai di situ, masih ada kalimat lanjutannya, “...membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Membungkuk dan membuka kasut adalah tugas seorang hamba. Dengan demikian Markus ingin menyampaikan pesan bahwa Yohanes yang dikagumi, dianggap sebagai nabi, dianggap sebagai utusan Allah, dianggap sebagai orang kudus ternyata menganggap dirinya bukan apa-apa. Bahkan Yohanes menganggap dirinya lebih rendah dari seorang hamba (budak). Suatu pesan moral yang begitu dalam yang mengingatkan agar manusia selalu rendah hati dan tidak sombong. Pesan yang mengingatkan agar anak-anak Allah harus bersikap sebagai hamba dan selalu mengangkat pribadi Kristus (Yohanes 30:30).

“Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh kudus.”
Markus 1:8
            Jika Yohanes hanya diberi mandat untuk mempersiapkan umat yang bersih untuk dibawa kepada Allah,  maka Ia yang akan datang mempunyai kuasa untuk menguduskan,  mengampuni dan menyelamatkan manusia. Dengan kata lain, Markus ingin menyampaikan pesan dari Yohanes bahwa sesungguhnya, Anak Domba Allah yang dapat menghapus dosa dunia.


Perkuliahan Exegese.
Dipertamah oleh: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar