Senin, 24 Januari 2011

Dosa Kain Yang Begitu Mengerikan….!!!


“bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”
1Yoh. 3:12

Seringkali hati kita bertanya-tanya, mengapa Allah menolak persembahan Kain dan di sisi lain Dia menerima persembahan Habel? Para pengkhotbah dengan enteng menyampaikan kepada jemaat bahwa persembahan Kain ditolak karena memberi dengan hati yang tidak tulus sementara Habel memberi dengan hati yang suci. Di sini para pengkhotbah justru memberi pekerjaan rumah bagi jemaat, dimana tidak ada kejelasan soal letak ketidak tulusan yang dimaksud?

Ada juga pengkhotbah yang menyampaikan bahwa Allah menolak persembahan Kain karena yang dipersembahkan adalah hasil pertanian. Sementara Allah menerima persembahan Habel karena Allah suka akan korban bakaran. Benarkah demikian?
Pertanyaan demi pertanyaan perlu dimunculkan bukan untuk meragukan kesahihan Alkitab melainkan untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas, terarah dan detail tentang makna yang ingin disampaikan Allah melalui Firman-Nya.

A) “bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya..”
Secara sederhana Rasul Yohanes dalam suratnya kepada orang-orang percaya ingin menegaskan bahwa Kain berasal dari si Jahat. Mengapa Rasul Yohanes sampai pada kesimpulan demikian? Dalam Kejadian 4:3-5 dikatakan,

“Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”

Pada masa itu belum ada suatu ketetapan agar manusia mempersembahkan korban domba kambing sembelihan kepada Allah. Dan tidak ada petunjuk bahwa manusia harus mempersembahkan korban dari hasil tanah atau hasil pertanian. Dengan demikian Allah tidak pernah mempermasalahkan korban apa yang akan dipersembahkan manusia karena makna korban bermuara untuk memperoleh kemurahan hati Allah melalui pemujaan dan diperdamaikan.
Perhatian pada Kejadian 4:3 adalah “Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah…”. Kata “sebagian” dalam kalimat tersebut bisa menunjukkan beberapa hal diantaranya adalah ketidakjujuran Kain kepada Allah.

“Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?... Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.” (Kis. 5:3, 5).

Jelas sekali ketidakjujuran berseberangan dengan konteks korban persembahan seperti yang diungkapkan di atas. Kondisi ketidakjujuran ini semakin diperburuk karena kata “sebagian” bisa mencerminkan kekhawatiran Kain akan kebutuhan hidupnya di masa depan setelah ia mempersembahkan korban. Dengan menyisakan sebagian dari hasil tanahnya, Kain berharap ia bisa melanjutkan hidupnya tanpa perlu merasa cemas dan bisa dibilang hati kain melekat pada hartanya. Ini menandakan bahwa Kain tidak mempercayakan hidupnya kepada Allah (sombong). Kain tidak mau bergantung penuh kepada Allah selaku pemelihara dan pemberi hidup. Logika Kain yang bermain dan logika ini yang menuntun ia pada kesombongan diri. Jadi Kain memberikan persembahan korban dengan suasana bathin yang tidak lurus.
Hal yang berbeda justru dilakukan Habel, dimana adik Kain ini memberikan persembahan dari anak sulung kambing dombanya. Anak sulung kambing domba bisa mempunyai dua makna, yakni hanya anak pertama saja atau hasil pertama secara keseluruhan dari apa yang diusahakan.
Poin kedualah yang paling paling cocok untuk yang dilakukan Habel karena persembahan korban ini menggambarkan rasa ucapan syukur Habel atas apa yang sudah Allah perbuat dalam hidupnya. Persembahan korban Habel ini juga mencerminkan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah dimana ia menyerahkan seluruh masa depannya ke tangan Allah, karena yang tinggal Habel miliki kemungkinan hanya induk-induk dari kambing domba itu saja. Habel tidak bermain pada logika, tetapi ia memiliki suatu kesadaran dan pengenalan akan Allah yang memancar dari hatinya. Dan Habel memiliki kepercayaan bahwa hasil selanjutnya yang akan diperolehnya pasti dikuduskan Allah.

“Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus.”
Rm. 11:16

Jadi Habel mempersembahkan korban dengan suasana bathin yang lurus dan pada akhirnya Allah mengindahkan persembahan korban Habel.

B) . “…Dan apakah sebabnya ia membunuhnya?...”
Sesuatu kesombongan akan mendatangkan petaka pada langkah selanjutnya. Bukannya bertobat dari jalan-jalannya yang menyimpang, Kain malah emosi dan tidak bisa menguasai diri. Keangkuhan menutupi hati dan pikirannya sehingga Kain tidak mau menerima dengan lapang dada ketika Allah menjatuhkan pilihannya pada persembahan korban Habel. Kain merasa ia sudah memberikan yang terbaik dan ia meragukan (bisa dikatakan Kain menentang) keputusan Allah. Ini yang membuat hati kain menjadi sangat panas dan mukanya muram. Iri hati hisa membuat hati panas dan muka muram. Iri hati membuat manusia tidak bisa lagi menikmati berkat Allah dengan menaikkan ucapan syukur.

“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”
Yak. 3:16

Benar-benar luar biasa firman Allah. Iri hati yang berlarut-larut justru mendatang kebencian yang mendalam dan seorang pembenci adalah seorang pembunuh manusia (1 Yoh. 3:15). Kain mengajak Habel ke padang dan terjadilah sesuatu yang mengerikan dimana kisah pembunuhan pertama di dunia terjadi.

“Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia”.
Kej. 4:8

Dengan mengajak adiknya ke padang, seakan-akan Kain ingin menunjukkan ia tidak mempunyai masalah terhadap adiknya. Seakan-akan ia ingin memperlihatkan bahwa Kain merupakan pribadi yang hangat, peduli dan melindungi adiknya, padahal sesungguhnya Kain bersikap munafik dan sudah menyimpan akar kepahitan. Bukan sekonyong-konyong Kain membunuh Habel. Tetapi pembunuhan yang dilakukan Kain sudah direncanakan secara matang. Kebencian membuat Kain gelap mata sehingga yang dilakukan adalah merancang sesuatu jahat terhadap adiknya dan ditindaklanjuti dengan pembunuhan Habel. Jika hati dan pikiran tidak bisa dikontrol, yang terjadi adalah dosa yang begitu mengerikan.

Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
Kejadian 4:9

Tindakan Kain yang mengerikan tidak berhenti sampai pada tahap merancang sesuatu yang jahat dan aksi membunuh. Ketika TUHAN bertanya kepadanya, Kain melanjutkan aksinya dengan berbohong terhadap Allah.  Kain menyepelekan ke-Maha Tahuan Allah, Kain menganggap remeh ke-Maha Kuasaan Allah. Bahkan kata-kata yang dituturkan Kain merupakan kata-kata yang bisa diterjemahkan sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Ini jelas menyalahi konsep penciptaan dimana manusia yang diciptakan sehingga posisi manusia tetap di bawah Allah, bukannya sejajar dengan Allah. Manusia yang diciptakan Allah sehingga manusia harus mempertanggungjawabkan segala sesuatunya kepada Sang Khalik.
Kesombongan, iri hati, kebencian, merancang sesuatu yang jahat, pembunuhan, berbohong, dan penghinaan terhadap Allah menjadi alasan Rasul Yohanes menyampaikan Firman, “…Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”

By : Hikman Sirait

1 komentar: