Selasa, 21 Desember 2010

BAWA ANAK-ANAK KEPADA TUHAN

Markus 10:14

Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

 
Di tengah era globalisasi seperti sekarang ini, mengasuh, merawat, membesarkan, dan mendidik anak-anak merupakan pekerjaan mulia.  Di sisi lain, orang tua harus berhadapan dengan faktor-faktor internal (keluarga/diri sendiri) dan eksternal (lingkungan) yang bisa mempengaruhi proses mengasuh, merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak.
Faktor eksternal yang buruk sebenarnya bisa ditekan atau diminimalisir dengan memaksimalkan faktor internal. Salah satu faktor internal yang paling mujarab yang bisa mengisolasi anak dari dampak buruk lingkungan adalah dengan membawa anak-anak sedini mungkin kepada Tuhan sesuai dengan apa yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Markus 10:14.
Mengasuh, merawat, membesarkan, dan mendidik anak-anak bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan soal pakaian, tidak hanya soal makan dan minum, bukan hanya memasukkan anak-anak ke sekolah yang mewah, atau memenuhi mereka dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tetapi kebutuhan yang paling utama dan sangat mendasar sesuai dengan firman Tuhan adalah membawa mereka kepada Allah.
Di dalam Markus 10:13 kitab Indonesia terjemahan baru (ITB) secara jelas dikatakan murid-murid  justru memarahi orang yang membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus.  Melihat kondisi ini, Tuhan Yesus marah (mungkin lebih tepat jika dikatakan Tuhan Yesus sangat tidak senang) atas perlakuan para murid yang melarang orang-orang untuk membawa anak-anak datang kepada-Nya (ayat 14). Tuhan Yesus akhirnya berkata"Biarkan anak-anak itu datang…”.
Jika ditilik dari bahasa Yunani-nya, kata “Biarkan” adalah αφετε (aphete) dengan akar kata aphiemi yang merupakan kata kerja second aorist active imperative orang kedua jamak.  Second aorist menunjukkan kegiatan yang telah selesai (punctiliar/complete action), active adalah subyek melakukan kegiatan, dan imperative menunjukkan suatu perintah untuk memulai suatu kegiatan yang sebelumnya belum dilakukan.
Kata “biarkan” di sini bukan berarti melepas anak-anak begitu saja, tetapi kata “biarkan” maknanya adalah membawa seterusnya alias to send forth. Dengan demikian, orang-orang yang belum pernah membawa anak-anak kepada Tuhan diperintahkan untuk mulai membawa anak-anak kepada Tuhan dan perbuatan membawa anak-anak kepada Krsitus harus terus dilakukan. Demikian juga dengan orang yang sudah membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus harus terus melakukannya.
Perintah untuk membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus bukan hanya berlaku bagi orang tua, tetapi perintah ini berlaku bagi semua orang. Maksudnya, membawa anak-anak kepada Tuhan bukan hanya tugas dan tanggung jawab orang tua atau guru sekolah minggu, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab semua pihak.
Membawa anak-anak kepada Tuhan bukan hanya sekedar membawa mereka untuk beribadah di hari Minggu saja dengan “menitipkan” anak-anak di Sekolah Minggu. Membawa anak-anak yang dimaksud adalah setiap saat orang harus menuntun anak-anak untuk mengenal dan mengasihi Allah serta mengasihi sesama manusia sejak masa kecilnya, baik itu dengan cara mendidik mereka untuk memiliki kehidupan saat teduh alias membaca firman Allah, maupun mendidik mereka untuk memiliki kehidupan doa.  
Sejak dini anak-anak sudah harus diajarkan untuk melakukan apa yang di-firmankan Allah dan firman Allah yang menjadi pedoman dalam kehidupan anak-anak sampai mereka dewasa, bahkan sampai berpulang kembali kepada Bapa.
Bersikaplah seperti orang yang dituliskan dalam ayat ke-13 di mana mereka membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus agar Tuhan Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas anak-anak. Menumpangkan tangan di sini berbicara  soal berkat, yakni agar Tuhan Yesus memberkati dan menyertai kehidupan anak-anak kecil. Janganlah menjadi orang-orang yang menghalangi anak-anak untuk datang kepada Tuhan.
Bukankah di masa sekarang ini banyak contoh di mana orang-orang memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada anak-anak, padahal tindakan itu justru menjadi tembok penghalang bagi anak-anak datang kepada Tuhan. Tindakan orang tua maupun orang dewasa yang tidak membawa anak-anak kepada Tuhan bisa dibilang merupakan tindakan yang kejam karena hidup anak-anak akan terjerumus dalam dasar jurang yang jauh dari Gunung Kemuliaan Allah.
Ada orang yang membiarkan anak-anaknya terus bermain tanpa mengenal waktu dengan teman-teman-nya. Padahal sudah jelas Allah berfirman, “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33).
Ada juga orang yang membiarkan anak-anak terus memainkan sejenis video games (play station, ninetendo, ds, dan lain-lain) maupun komputer, padahal kegiatan tersebut lama-kelamaan membuat mereka tidak bisa bersosialisasi dan  mendorong anak-anak bersifat tertutup atau sebaliknya, mereka bersikap beringas.
Ada juga model orang yang ingin anak-anaknya menghabiskan waktu mereka dengan mengikuti kursus ini dan kursus itu sampai-sampai anak-anak mengalami stress.
Tanpa disadari, banyak orang-orang dewasa membiarkan bahkan mengajarkan anak-anak mereka melakukan hal-hal yang buruk, seperti membiarkan anak-anak untuk tetap tinggal dirumah menonton acara kartun ketimbang membawa mereka ke gereja pada hari Minggu. Parahnya lagi banyak orang tua yang justru diatur oleh anak mereka, bukan orang tua yang mengatur anak-anak.  
Bukannya tidak boleh anak-anak bermain video games, bukannya tidak boleh anak-anak menonton acara televisi, bukannya tidak boleh anak-anak bermain dengan teman-teman mereka, bukannya tidak boleh anak-anak mendapatkan pendidikan yang sangat layak untuk masa depan mereka. Tetapi yang seringkali dilupakan orang tua adalah membawa anak-anak datang kepada Tuhan Yesus. Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kejadian 18:19).
Membawa anak-anak kepada Allah sangat penting. Kata “anak-anak” yang dimaksud dalam ayat ke-14 ini merupakan obyek langsung yang dalam bahasa Yunaninya adalah παιδια (paidia).
Yang masuk dalam paidia adalah anak-anak yang berumur dari 2 tahun hingga 7 sampai 8 tahun. Mengapa anak-anak dengan kisaran umur itu menjadi sangat penting bagi Tuhan Yesus?
Sebelum teori ilmu psikologi berkembang dan tersebar luas, ternyata Tuhan Yesus sudah lebih dahulu menyelami kondisi anak-anak dikisaran umur 2-7 dan 8 tahun. Pada masa-masa inilah perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf otot anak bertambah matang sehingga masa ini sangat tepat bagi orang tua untuk mulai mengisi pikiran anak dengan kebenaran firman Allah.
Pada masa ini terjadi perkembangan bahasa dan berfikir di mana peran lingkungan di sekitar anak ikut membantunya. Pada masa ini pergaulan sosial anak menjadi lebih luas dimana penguasaan mental dan emosi lebih meningkat yang bisa berdampak pada terjadinya krisis antara inisiatif dengan rasa bersalah anak. Dengan begitu pelajaran disiplin sudah mulai diterapkan di masa ini. Pelajaran disiplin ini merupakan bagian dari kasih (Ibrani 12:5-6).
 Pada masa ini juga terjadi periode latent atau apa yang telah terjadi dan dipupuk pada tahun-tahun sebelumnya akan berlanjut terus di masa selanjutnya. Jikaulah hal-hal yang tidak baik yang diterima anak-anak, maka tindakan yang tidak baik akan mereka lakukan di masa mendatang.
Pada periode ini sulit untuk mengharapkan anak-anak dengan sendirinya bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Di sinilah anak-anak diajarkan tentang apa yang benar dan apa yang salah. Buku pedoman bagi orang tua untuk mengajarkan tentang apa yang benar dan apa yang salah bisa didapat dari Alkitab.
Melalui Firman di ayat ke-14 ini Tuhan Yesus mengingatkan orang-orang tua bahwa anak-anak adalah sosok yang lemah, sosok sangat rentan terhadap serangan si jahat baik itu sakit penyakit, ajaran-ajaran yang menyimpang, perkataan-perkataan yang tidak baik dan tidak sopan, emosional yang tidak terkontrol, pergaulan yang salah, perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran Firman, ketidakdisiplinan, pemberontakan dan lain-lainnya.
Orang tua menghendaki anak-anak yang tidak nakal, tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Tanpa disengaja orang tua justru mengembangkan anak menjadi anak yang nakal. Banyak orang yang menjadi orang tua, tetapi hanya sedikit yang berhasil. Membawa anak-anak kepada Tuhan menjadi obat paling dasyat untuk membentuk anak-anak menjadi anak-anak yang maju dan berkenan di hadapan Allah. Membawa anak-anak kepada Tuhan akan membuat orang tua menjadi orang tua yang berhasil.


By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar