Selasa, 14 Desember 2010

GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBA-KU (2)

15Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 16Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 17Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Yohanes 21:15-17

2.     “Gembalakanlah domba-domba-Ku” di ayat ke-16 dalam kitab berbahasa Yunani tertulis poimaine ta probata mou (ποιμαινε τα προβατα μου) di mana poimaine berasal dari akar kata poimaino yang merupakan kata kerja present active imperative dengan orang kedua tunggal.
Poimaine dalam bahasa Indonesia berarti memberi makan yang berhubungan dengan menggembalakan namun di sini lebih cenderung pada sifatnya yang mengawasi. Probata adalah domba dewasa (sheep) yang dikiaskan sebagai domba yang berjalan di depan. Domba yang dimaksud merupakan obyek langsung dari poimaine atau gembala.
Dikaitkan dengan ayat ke-16 berarti Tuhan Yesus memerintah Petrus untuk memberi makan atau menggembalakan domba-domba Tuhan Yesus sekaligus mengawasi mereka di mana posisi gembala dalam hal ini berada di belakang para domba.
Perintah ini disampaikan Tuhan Yesus kepada Petrus untuk kedua kalinya justru di saat Petrus untuk kedua kalinya meresponi kasih agape dengan kasih philea. Perintah Tuhan Yesus yang kedua kali ini menunjukkan kepercayaan yang besar kepada Petrus dan optimisme bahwa Petrus akan mengalami perubahan yang sangat besar dan sanggup mengawasi para domba atau pengikut-pengikut Tuhan Yesus yang sudah lama, termasuk para murid sendiri.
Pengikut-pengikut lama baik dari orang-orang Yahudi maupun orang-orang non-Yahudi ini tidak boleh serta-merta dibiarkan begitu saja, tetapi mereka juga harus tetap diawasi agar tetap setia di dalam Tuhan Yesus dan pengajaran-Nya, tetap kokoh dalam iman, pengharapan dan kasih. Tugas pengawasan ini meliputi pembinaan terhadap orang-orang percaya lama, memantau dan menilai apa yang terjadi, mengatur kehidupan orang-orang percaya lama agar tetap berlandaskan firman Tuhan, melayani ibadah dan pelayanan lainnya. Dengan demikian posisi gembala dalam ayat ini berada di belakang para domba menunjukkan Petrus harus menjadi pihak yang mengarahkan dan mendorong orang-orang percaya lama untuk melangkah lebih maju. Kegiatan mengarahkan dan mendorong ini haruslah terus menerus dilakukan dengan penuh kasih Kristus.

3.     “Gembalakanlah domba-domba-Ku” di ayat ke-17 dalam kitab berbahasa Yunani tertulis boske ta probata mou (βοσκε τα προβατα μου). Kata kerja boske dalam bahasa Indonesia mengandung arti yang berhubungan dengan memberi makan atau menggembalakan.
Dikaitkan dengan ayat ke-16 berarti boske ta probata mou bisa diterjemahkan Tuhan Yesus memerintah Petrus untuk memberi makan atau menggembalakan domba-domba Tuhan terus menerus.


Kesimpulan: Tuhan Yesus memerintahkan Petrus untuk terus menerus memberi makan, orang-orang percaya baru dan orang-orang percaya yang lama baik itu dari orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi, dengan kasih Kristus, yakni kasih tanpa pamrih, kasih yang siap berkorban bagi orang lain meskipun itu bukan golongan atau kelompoknya karena kasih Kristus adalah kasih tanpa batas, kasih tanpa sekat, kasih yang tidak dikungkung ruang dan waktu. Jangan menjadi penggembala upahan, yang akan lari lebih dahulu jika ada bahaya mengancam kawanan domba.
Perintah Tuhan Yesus agar Petrus menggembalakan domba-domba ini mengandung makna agar Petrus bisa menjaga dan mempersatukan para murid dan orang-orang percaya agar tidak tercerai-berai. Bagaimanapun, pasca kematian Tuhan Yesus di kayu salib, para pengikut-Nya tercerai-berai, mereka kehilangan sosok pemimpin, pembimbing, pengayom dan pelindung. Peran inilah yang harus dijalankan Petrus dan peran ini pula yang seyogyanya harus dilaloni setiap anak-anak Tuhan, terutama para gembala jemaat.


By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar