Kamis, 02 Desember 2010

Kuasa Nama Yesus (3)

Kesan Pertama Begitu Menggoda



Setelah lulus dari universitas, saya mengajukan lamaran bekerja di suatu bank swasta nasional. Setelah mengikuti berbagai prosedur dan test yang ketat, akhirnya saya mencapai tahap test puncak, yakni wawancara dengan salah satu direksi bank tersebut. Entah mengapa ketika saya bertemu dengan direktur tersebut, petinggi bank itu memberi sinyal kurang simpati melihat saya. Pada akhirnya saya dinyatakan tidak diterima bekerja pada posisi yang saya tuju di bank tersebut. Saya langsung terhenyak ketika mene-rima kabar penolakan itu. 


Salah seorang teman mengatakan pada saya, bahwa hasil test yang cukup bagus belum menjadi jaminan untuk diterima bekerja. Yang menjadi puncak dari serangkaian test menjadi karyawan itu sebenarnya adalah wawancara dengan direktur bank itu. Dan umumnya yang mereka lihat pertama kali adalah penampilan kita. Artinya penampilan kita sangat menentukan hasil akhirnya.

Bila saudara membaca Injil, maka saudara mengetahui bahwa status sosial ”keluarga” Yesus ditengah masyarakat saat itu tak istimewa. Keluarga Yesus secara ”daging” bukan dari golongan bangsawan, bukan dari kelompok cendikiawan, dan bukan juga golongan pemuka agama.

Ayah Yesus secara ”daging”, yakni Yusuf dikenal sebagai tukang kayu, yang mana keahlian itu diajarkan lagi kepada Yesus. Dengan demikian orang-orang Nazaret mengenal Yesus sebagai anak tukang kayu.

Mindset tersebut membuat orang Nazaret tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, lalu mereka menolak Dia (Mrk 6:3). Di benak orang-orang Yahudi pada masa itu, Mesias adalah juru selamat yang akan melepaskan dan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, sebab saat itu bangsa Israel memang dalam kuasa kolonial. Mesias yang ada dalam pikiran orang Yahudi adalah wakil Allah yang akan membawa damai sejahtera dan mengembalikan kebesaran bangsa Israel.

Tanpa bermaksud menyamakan Nabi Samuel dengan kebanyakan orang Yahudi. Namun Nabi Samuel sendiri pernah terjebak dengan ungkapan ”Kesan pertama begitu menggoda”, dimana ia sempat menilai orang yang akan diurapi Allah menjadi Raja Israel adalah sosok dengan penampilan fisiknya mengagumkan.



6Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ”Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya. 7...”

1 Samuel 16:6-7



  Masyarakat Nazaret juga hanya melihat dari status orang tua Yesus tanpa melihat secara menye- luruh latar belakang Yesus sebenarnya. Masyarakat Nazaret hanya melihat di satu sisi dan tidak melihat perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Yesus.

Bukankah kita juga sering bersikap demikian. Sering kali kita hanya melihat sesuatu dari bungkusnya atau penampilan luarnya saja. Kadangkala kita hanya menilai orang dari tingkat intelektualitasnya saja, ada yang menilai orang dari penampilan fisiknya, ada yang memandang orang dari kekayaannya, ada yang menilai orang dari status sosialnya, bahkan ada yang menilai orang dari apa yang dipakai dan cara memakainya. Semua yang dinilai hanya bagian kulitnya saja.

Ketika saudara menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, maka yang umumnya sering  timbul adalah sikap iri hati dan menghakimi orang lain tanpa melihat lagi potensi diri yang dimiliki seseorang, atau tanpa melihat potensi diri yang saudara miliki.  Ketika saudara menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, hal itu justru menghambat saudara untuk berkembang lebih luas lagi. 


By: Hikman Sirait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar